Pilarmanado.com, MANADO – Dua saksi termohon dari direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Utara (Sulut), kelimpungan menjawab sejumlah pertanyaan yang diajukan kuasa hukum pemilik emas seberat 18,73 kilogram, Lilis Suryani Damis.
Selain kelimpungan, kedua saksi beberapa kali melenceng menjawab pertanyaan kuasa hukum pemohon, Dr Santrawan Totone Paparang, SH, MH, MK.n dan Hanafi Saleh, SH, dari kantor Advokat & Konsultan Hukum pada Law Office Paparang – Hanafi & Partners.

Peristiwa itu terjadi saat digelarnya sidang di ruang Prof. Dr Wirjono Prodjodikoro, SH, Pengadilan Negeri (PN) Manado, dipimpin hakim tunggal, Erni Lily Gumolili, SH, MH, Jumat (13/09/2024).
Kelimpungannya jawaban saksi, setelah kuasa hukum pemohon, Santrawan, menanyakan interview terhadap Lilis, yang diyakininya tidak pernah disodorkan surat pemanggilan oleh penyidik.
Bahkan untuk memastikannya, alumni Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado Angkatan 1989 itu, mengajukan pertanyaan yang sama hingga beberapa kali.
Dalam persidangan, kuasa hukum pemohon menyentil peran Stenly Wuisang (SW) dalam perkara tersebut. Selain itu, kuasa hukum pemohon mempertanyakan kapasitas WS diinterview, apakah sebagai saksi atau penjual (terduga pelaku-red).

“Pertanyaan ini kami ajukan, untuk menghubungkan dengan status klien kami yang kabarnya telah dijadikan tersangka. Berdasarkan keterangan saksi, ada yang namanya Stenly adalah seorang penjual,” kata Santrawan, peraih predikat cum laude strata satu hukum, program magister hukum dan kenotariatan serta program doktoral hukum itu.
Pada bagian lain, saksi mengungkapkan kalau pihaknya tidak hanya menyita barang bukti berupa emas batangan, alat – alat bukti lainnya, tapi juga bukti baru berupa screenshot, namun pernyataan itu dimentahkan kuasa hukum pemohon.

Kuasa pemohon secara tegas menyatakan, bukti screenshot juga ada pada mereka dan telah dipelajari serta sudah diserahkan pada praperadilan mula – mula yang diputuskan hakim pada 15 Juli lalu.
Sementara kuasa hukum pemohon lainnya, Hanafi Saleh, lebih menfokuskan pada proses penyelidikan, penyidikan hingga sidang praperadilan baru, ada kaitannya dengan praperadilan lama, dijawab saksi tidak ada karena telah ada putusannya.

“Jika perkara lama tidak ada kaitannya dengan perkara yang baru, lantas dimaksud dengan sembilan belas emas batangan, yang mana objeknya. Dan apakah sempat ditanyakan kepada pemohon, emas itu dibeli dari Stenly, bulan dan tahunnya,” tanya Hanafi.
Dasar itulah, kuasa hukum pemohon menyimpulkan kalau kliennya merupakan pihak yang harus dilindungi, bukannya menjadi korban untuk kepentingan pihak tertentu, mengingat kapasitasnya sebagai pembeli dan beretikat baik.
Disebutkan juga, pihaknya menduga ada kejanggalan dalam penetapan tersangka yang hanya mengarah kepada klien mereka, sedangkan SW yang kapasitasnya sebagai penjual belum juga ditetapkan sebagai tersangka.
“Jika itu sampai terjadi, sangatlah beralasan jika saya dan rekan – rekan saya sesama kuasa hukum pemohon, menjatuhkan preseden buruk atas keputusan tersebut. Bagi kami, penetapan klien kami sebagai tersangka merupakan tebang pilih yang dilakukan Direskrimsus Polda Sulut,” ketus Santrawan.
Sebaliknya, jika penyidik bertindak profesional dan objektif dengan mengedepankan prinsip presisi menegakkan hukum, tidak hanya pembeli yang ditetapkan sebagai tersangka tapi juga penjual.
Penulis: Indra Ngadiman