Pilarmanado.com, MANADO – Kepala Dinas (Kadis) Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kota Manado, Steven Tumiwa, M.Pd, menutup bimbingan teknis (Bimtek) pengelolaan dan pelestarian pemajuan kebudayaan, cagar alam budaya dan workshop pelindungan karya budaya, penguatan lembaga budaya, Jumat, (15/11/2024).
Kegiatan yang dilangsungkan di Nusantara Diving Dentre (NDC), Kelurahan Molas, Kecamatan Bunaken, berlangsung selama dua hari dan diikuti sejumlah Kepala Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menegah Pertama (SMP) dan penggiat kebudayaan.
Steven dalam sambutannya mengaku baru mengetahui kalau dinas yang dipimpinnya memiliki pokok – pokok pikiran kebudayaan Kota Manado. Itu pun kata Steven baru disusun pada 2023 lalu.
Padahal kata Steven, pokok – pokok pikiran tersebut sangat dibutuhkan untuk dijadikan landasan serta acuan untuk mengembangkan kebudayaan di daerah, khususnya di Kota Manado.
“Setahu saya, baru satu situs yang ditetapkan sebagai cagar budaya Kota Manado, yang terletak di Gereja Sentrum. Kami akan upayakan ada beberapa calon cagar budaya untuk kemudian ditetapkan sebagai cagar budaya,” ujar Steven.
Steven juga mengakui kalau Kota Manado agar tertinggal dalam memajukan cagar budaya, karena dalam tindak lanjutnya hanya berdasarkan pada cerita – cerita rakyat, sehingga masih sulit untuk dibuktikan kebenarannya.
Di sisi lain kata dia, Kota Manado kesulitan untuk mengembangkan sektor pariwisata, karena lebih dominan mengandalkan alam sebagai harga jual. Imbasnya, tidak sedikit cagar budaya yang akhirnya dibongkar lantaran belum adanya penetapan.
“Untuk mengembalikan peran serta fungsi situs – situs bersejarah perlu ada ketegasan, sehingga sektor pariwisata dapat terus ditingkatkan dan Kota Manado akan semakin dikenal dan dikunjungi,” kata mantan Kepala SMP II Manado itu dengan mimik serius.
Dikatakan, jika membandingkan dengan daerah lain, tidak ada salahnya kalau mencontohi di Jawa atau Bali, dimana yang menjadi dominan sebagai pusat kepariwisataannya adalah cagar budaya.
Lebih jauh dijelaskan, untuk melestarikan cagar budaya perlu disinkronkan ke satuan pendidikan. Artinya para siswa perlu diberikan pengetahuan sejak dini untuk mengetahui dan memahami sekaligus menjaga kelestarian situs – situs budaya,
“Memperkenalkan situs – situs budaya jangan nanti anak – anak kita telah kuliah, sudah bekerja, tapi sebaliknya, perkenalkan mereka sejak duduk di bangku sekolah dasar. Dengan begitu mereka akan termotivasi dan tidak merusak peninggalan yang merupakan bagian dari sejarah,” imbuh Steven.
Hadir dalam penutupan tersebut, Sekretaris Dinas (Sekdis) Triana Almas, Kepala Bidang (Kabid) Pembinaan SD, Natalia Takalao, Kabid Pembinaan SMP, Grace Sondakh dan Koordinator Pengawas (Korwas), Ventje Lengkong.
Penulis: Indra Ngadiman